Jumat, 04 Juli 2008

02. Pondok atau Sekolah Umum?

Guru saya pernah berkata, "Jadilah Kyai jangan jadi Kiyae". Sepintas dua kata itu hampir sama, namun memiliki perbedaan yang jauh. Kyai yang oleh masyarakat diartikan oleh orang berilmu yang mereka angkat menjadi pemimpin umat. Sedangkan Kiyae yang merupakan bahasa jawa ( Iki ae) yang artinya "ini saja", kenapa ko' ini saja, karena tidak ada yang lain, jadi ini saja yang diangkat, walaupun kapasitas ilmunya masih dipertanyakan.

Jika santri pondok salaf akan segan dan entah karena malu atau takut, ketika bertemu dengan para guru ngaji atau pimpinan pondok akan berusaha menghindar untuk berpapasan, namun hal ini tidak akan terjadi di pondok modern. Santri pondok modern akan berlenggang dengan santai dan menunjukkan rasa ta'dzim ala kadarnya tanpa harus lari menghindar atau menunduk ketika bertemu ustadz atau pimpinan pondok. Masing-masing punya dasar sendiri-sendiri dan hal ini sudah menjadi kebiasaan di masing-masing pondok.

Sama-sama ingin menghormati namun dengan cara yang berbeda. Dua-duanya sama baiknya. Memang santri pondok modern biasanya masih remaja, kelas teratas biasanya berumur sama dengan remaja kelas 3 SMA sedangkan santri salaf lebih tua lagi, penulis sering bertemu dengan santri salaf yang berumur lebih dari 25 tahun, jadi untuk masalah kesopanan dan tata krama santri salaf lebih tahu dan lebih bisa menempatkan diri dikarenakan lebih bisa mengendalikan ego. Santri Pondok modern tidaklah demikian, mereka cenderung tinggal di pondok di masa aktif remaja mereka, dimana ego, keinginan dan rasa untuk memberontak timbul dalam diri mereka. Namun pondok modern juga mempunyai kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki pondok salaf.

Masuk pondok modern atau pondok salaf? Semuanya tergantung masing-masing pribadi, seseorang biasanya belum mempunyai pandangan sampai ia lulus SMA, di bawah itu anak masih bingung dan belum bisa untuk berpikir jangka panjang. Mereka masuk SMA/MA biasanya karena pengaruh teman atau orang tua mereka, dan apa yang mereka pikir tidak sesuai dengan realitanya. Saat ditanya kenapa masuk pondok? Alasan yang paling banyak adalah karena disuruh orang tua, alasan kedua karena keinginan yang timbul dari diri sendiri seperti rasa senang, pengen jadi ulama dll.

Orang tua mempunyai harapan yang besar ketika memasukkan anak ke pondok. Begitu banyak harapan, namun besar harapan itu juga sebanding dengan rasa kecewa ketika harapan itu pupus. Sang anak yang diharapkan bisa berhasil lulus dengan predikat minimal baik, ternyata tidak lulus ujian pondok setelah belajar selama 6 tahun, dan lebih kecewa lagi jika tidak lulus Ujian Nasional.

Banyak faktor yang menyebabkan anak tidak lulus. saya mempunyai seorang teman yang dipondok lebih dari 6 tahun karena bebarapa tahun tidak naik kelas, namun yang lebih heran lagi, selama lebih dari 6 tahun belajar, dia belum begitu lancar membaca Al Quran, apa masalahnya? Terus terang hal ini relatif banyak hal yang menjadi penyebabnya, namun satu hal yang pasti setiap orang berbeda dan tidak bisa diterapkan masalah dan hukum yang sama, itu sebabnya hukum Islam itu tidak mengikat secara mutlak akan tetapi lebih melihat kepada sebab dan alasan kenapa hal itu terjadi.

Jika ditanya pilih masuk sekolah umum atau pondok? Maka tanpa berpikir lagi saya akan memilih pondok. Pondok modern atau salaf itu silahkan dipilah dan dipilih. Seburuk-buruknya anak lulusan pondok itu tetap lebih baik dari pada lulusan sekolah umum.

Saat ini para orang tua takut menyekolahkan orang tua karena masih ragu, nanti setelah lulus mau nerusin kuliah dimana? Mau kerja dimana? Keterampilan apa yang mereka punya?. Kenapa mereka masih ragu? Jawabnya simpel, mayoritas mereka ragu menyekolahkan lantaran mereka belum pernah mondok, atau pernah mondok tapi tidak selesai. Banyak bukti alumni pondok mereka tetap bisa kuliah, mereka tetap bisa bekerja dengan keahlian masing-masing bahkan mereka lebih dihormati karena mempunyai ilmu lebih.

Tidak ada jaminan sang anak berhasil ato tidak, peran orang tua nomor satu dalam hal ini, sedang pondok hanya perantara. Beberapa pondok memang masih dipertanyakan kualitasnya, namun ini bukan berarti semua pondok sama. Penulis belum pernah mendengar atau bertemu seorang alumni pondok yang kesulitan dalam masalah pekerjaan. Apa yang terjadi bisa mereka hadapi dengan sabar dan tawakal. Malahan mereka mempunyai semangat yang tinggi untuk membimbing umat, walaupun dalam ruang lingkup yang kecil, misalnya lingkup keluarga sendiri.

Jangan pernah ragu untuk menyekolahkan anak di pondok. Kalau anda takut setelah lulus anak kerja dimana yakinlah bahwa suatu saat nanti bahkan sekarang agama adalah suatu aset yang mahal dan sulit untuk dicari.

Orang yang bijak tidak akan pernah menyalahkan orang lain ketika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan harapan, ia akan sibuk memikirkan kesalahannya sendiri. Ini adalah prinsip yang harus dipegang oleh setiap orang. Kita gagal atau kita melakukan kesalahan itu bukan karena orang lain sebab setiap orang mempunyai pilihan masing-masing. Ketika anda telah memilih maka resiko ditanggung oleh penumpang!

Tidak ada komentar: