Kamis, 03 Juli 2008

01. What is going on Ngabar?

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca sebuah artikel tulisan seorang alumni pondok, lantas terpikir oleh saya, Kenapa harus mempersoalkan sistem kurikulum pondok? Sepertinya akal kita musti dibuang biar kita tidak diperdaya oleh akal! Kita terlalu mengedepankan logika akal sehingga lupa akan kemampuan hati kita. Memangnya merubah itu semua adalah hal mudah? Pendiri pondok begitu susah payah dengan perjuangan dan tentunya beliau tidak lagi menggunakan kecerdasan akal yang sangat terbatas dalam mendirikan pondok kita. Terus terang saya juga sempat depressi berat karena gagal masuk PTN, padahal dulu ketika SMP pelajaran umum hampir semua saya kuasai. Tapi dengan alasan itu sangat dan sangat tidaklah tepat kita menyalahkan pondok dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Kesalahan terletak pada diri masing-masing santri, jangan mengkambing hitamkan orang lain dong!!!! Salah sendiri kenapa tidak belajar, kenapa tidak sungguh-sungguh belajar? Jangan menjawab "Lha kan banyak kegiatan pondok dan juga pelajaran pondok yang bikin suntuk" Itu alasan klasik dan sangat wajar kalau tidak bisa diterima. Kenapa terlambat masuk kantor? Jakarta macet pak! Memangnya Jakarta tidak pernah macet! Intropeksi diri kita, kenapa kita masuk pondok, kenapa ko' tidak masuk sekolah umum dengan prioritas utama pelajaran umum.

Para ustadz setiap hari menghabiskan waktu mereka dan berusaha semampu mereka untuk ikut andil menjaga kualitas dan mutu pendidikan para santri, namun mereka manusia juga yang tidak lepas dari salah, lupa dan BOSAN!. Kita yang tidak dipondok dan tidak ikut terjun langsung dalam membimbing santri mungkin bisa berkata dengan mudahnya "Pondok kita musti begini, Ustadznya harus begitu dan seterusnya" Tapi apa kita tahu kesulitan mereka? apa kita pernah merasakan menjadi ustadz? Mentang-mentang Mantan Pengurus Daerah aja sudah banyak bicara tentang pondok! Apa sih yang kita tahu akan pondok? Paling banter menjadi santri 8 tahun itu kalau tidak naik kelas 2 tahun. Salut saya ucapkan kepada Ustadz Anharuddin yang sudah begitu lama terjun langsung dan membimbing santri, yang setiap hari membangunkan santri dikala shubuh, yang selalu tinggal dan hidup bersama para santri namun beliau tidak pernah mempersoalkan masalah kurikulum pondok. (Walaaupun dulu sempat gondok juga sih)

Pertanyaan selanjutnya, Apa prioritas utama pondok? Pelajaran agama atau pelajaran umum? Hati atau akal? Orang bijak akan menggunakan hati untuk memilih lantas mempertimbangkan dengan akal. Apa kita tidak malu dengan beliau-beliau yang telah mendirikan pondok? Bersyukur pondok kita masih berdiri walau harus tertatih-tatih. Kita memang harus banyak belajar dan tentunya partisipasi para alumni sangat dibutuhkan delam pengembangan kualitas pondok.

Sekali lagi saya tekankan, tidak ada masalah dalam kurikulum pondok. Yang bermasalah adalah para santri, ustadz, para pengasuhnya dan para alumninya tentunya. Lihat, Dengar dan Bicaralah!

Ngabar, The Lovest place I have!

Tidak ada komentar: