Minggu, 06 Juli 2008

06. IDE PENDIRI PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR PONOROGO INDONESIA

A. Ikrar Wakaf Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo oleh pendirinya (KH Moh. Thoyyib) diwakili oleh: K.H. Ahmad Thoyyib dan K.H. Ibrohim Thoyyib (yang bertindak sebagai wakif) untuk kepentingan pendidikan Islam.
B. Menunjuk anggota Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo, yang terdiri dari:

01. K.H. Abdullah Mahmud
02. K.H. Moh. Ishaq Thoyyib
03. K.H. Imam Badri, BA
04. Drs. S. Nur Syamsuri
05. Drs. Akrim Mariyat
06. M. Bahruddin, BA
07. M. Syahid, BA
08. M. Bisri, BA
09. M. Tholhah, BA
10. M. Rohmat, BA
11. M. Zainuddin
12. Im. Hidayat, BA
13. Im. Syafa'at, BA
14. Mansur
15. Taufiqurrohman

Dengan amanat :
1. Supaya Pondok Pesantren Wali Songo :
a. Menjadi suatu lembaga pendidikan Islam yang tunduk kepada ketentuan-ketentuan hukum agama Islam, berkhidmat kepada masyarakat menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di kherat.
b. Memelihara dan mengembangkan pendidikan Islam dari tingkat Taman Kanak- Kanak sampai
Perguruan Tinggi.
c. Menjadikan pendidikan Islam yang tetap berjiwa pondok pesantren dengan mengutamakan arah pendidikannya kepada: Taqwa kepada Alloh, beramal saleh, berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas, berwiraswasta dan cinta kepada tanah air.
d. Menjadi tempat beramal untuk meninggikan Kalimat Allah.
2. Penerima amanat (yang bertindak sebagai Nadzir) supaya dalam waktu yang sesingkat- singkatnya mendirikan Badan Hukum sebagai Lembaga Tertinggi dalam Pondok Pesantren Wali Songo, yang ketentuan-ketentuannya sebagai berikut :
a. Lembaga tersebut bernama : "Majlisu Riyasati-l-Ma'had"
b. Tujuan :
1). Supaya Pondok Pesantren Wali Songo menjadi: suatu lembaga pendidikan Islam yang tunduk
kepada ketentuan-ketentuan hukum agama Islam, berkhidmat kepada masyarakat, menuju
kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
2). Memelihara dan mengembangkan pendidikan Islam dari tingkat Taman Kanak- Kanak
sampai Perguruan Tinggi.
3). Lembaga pendidikan Islam yang tetap berjiwa pondok dengan mengutamakan arah
pendidikannya kepada: Taqwa kepada Allah, beramal saleh, berbudi luhur, berbadan sehat
berpengetahuan luas, berfikiran bebas, berwiraswasta dan cinta kepada tanah air.
4). Menjadi tempat beramal untuk meninggikan Kalimat Allah.
3. Fungsi:
Sebagai Lembaga Tertinggi dalam Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar.
4. Wewenang:
Majlisu Riyasati-l-Ma'had berwenang menentukan segala perencanaan dan kebijaksanaan baik di bidang pendidikan dan pengajaran, maupun di bidang pembiayaan serta sarana pendidikan dan pengajaran.
5. Tugas :
Bertanggung jawab atas keberhasilan segala usaha pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar.
6. Personil :
Lembaga dalam Pondok Pesantren Wali Songo :
a. Anggota Majlisu Riyasati-l-Ma'had terdiri dari :
1). Penerima amanat wakif.
2). Alumni atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo yang mu'taman dan memahami serta
menghayati sunnah Pondok Pesantren Wali Songo.
3). Sebanyak-banyaknya terdiri dari 15 (lima belas) orang.
b. Anggota lembaga-lembaga yang ada dalam Pondok Pesantren Wali Songo diusahakan sedapat
mungkin terdiri dari alumni Pondok Pesantren Wali Songo.
7. Formasi :
a. Formasi kepengurusan Majlisu Riyasati-l-Ma'had terdiri dari :
1). Ketua Umum
2). Ketua I
3). Ketua II
4). Sekretaris I
5). Sekretaris II
6). Bendahara I
7). Bendahara II
8). Anggota.
b. Hilangnya keanggotaan Majlisu Riyasati-l-Ma'had karena :
1). Meninggal dunia.
2). Mengundurkan diri karena tidak mampu melaksanakan tugas.
3). Diberhentikan karena merugikan organisasi dan/Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Apabila ada lowongan, yang berhak dipilih dan diangkat adalah alumni atau Keluarga Besar
Pondok Pesantren Wali Songo yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah
Pondok Pesantren Wali Songo.
d. Penetapan pengangkatan anggota untuk pengisian lowongan harus disetujui secara aklamasi
atau suara terbanyak oleh semua anggota.
8. Struktur :
Struktur organisasi Balai Pendidikan Pondok Pesantren Wali Songo terdiri dari :
a. Majlisu Riyasati-l-Ma'had
b. Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo
c. Jami'atu Riyadlotil Mujahidin al-Islamiyah
d. Tarbiyatul Mu'allimin al-Islamiyah
e. Tarbiyatul Mu'allimat al-Islamiyah
f. Madrasah Ibtidaiyah Mamba'ul Huda
g. Tarbiyatul Athfaat al-Manaar
h. Majlis Pembimbing Santri
i. Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf Pondok Pesantren Wali Songo
j. Yayasan Perguruan Tinggi
k. Himpunan Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
9. Balai pendidikan Pondok Pesantren Wali Songo dipimpin oleh seorang pimpinan pondok:
sebagai pimpinan eksekutif dalam Pondok Pesantren Wali Songo, baik di bidang pendidikan
dan pengajaran, maupun di bidang pembiayaan dan sarana pendidikan dan pengajaran.
Syarat-Syarat Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo :
a. Seorang laki-laki yang berumur minimal 40 (empat puluh) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo yang
mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Anggota Majlisu Riyasati-l-Ma'had.
d. Pemilihan dan pengangkatan dilakukan oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had secara aklamasi.
e. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan bisa dipilih kembali.
10. Jami'atu Riyadlotil Mujahidin al-Islamiyah, dipimpin oleh seorang rektor, sebagai pimpinan
eksekutif dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya kepada
pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo.
Syarat-Syarat Rektor Jami'iatu Riyadlotil Mujahidin al-Islamiyah :
a. Seorang laki-laki berumur sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah Pondok
Pesantren Wali Songo.
c. Mempunyai gelar kesarjanaan.
d. Dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo
dan disahkan secara bulat atau suara terbanyak oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had sesudah
melalui proses dan prosedur yang berlaku di Jami'ah Riyadlotil Mujahidin al-Islamiyah.
e. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
11. Tarbiyatul Mu'allimin al-Islamiyah, dipimpin oleh seorang direktur,
sebagai pimpinan eksekutif dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah
Tarbiyatul Mu'allimin al-Islamiyah dan bertanggung jawab atas segala
pekerjaannya kepada pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo.
Syarat-Syarat Direktur Tarbiyatul mu'allimin al-Islamiyah :
a. Seorang laki-laki yang berumur minimal 30 (tiga puluh) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah
Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo dan disahkan
secara aklamasi atau suara terbanyak oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had.
d. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
12. Tarbiyatul Mu'allimat al-Islamiyah, dipimpin oleh seorang direktur, sebagai pimpinan
eksekutif dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah Tarbiyatul Mu'allimat
al-Islamiyah dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya kepada pimpinan
Pondok Pesantren WaliSongo.
Syarat-Syarat Direktur Tarbiyatul Mu'allimat al-Islamiyah :
a. Seorang laki-laki atau perempuan yang berusia minimal 30 (tiga puluh) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah
Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo dan disahkan
secara aklamasi atau suara terbanyak oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had.
d. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
13. Madarasah Ibbtidaiyah Mamba'ul Huda, dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah,
sebagai pimpinan eksekutif dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah
Ibtidaiyah Mamba'ul Huda dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya
kepada pimpinan Pondok Pesanten Wali Songo.
Syarat-Syarat Direktur Tarbiyatul Mu'allimat al-Islamiyah :
a. Seorang laki-laki atau perempuan yang berusia minimal 30 (tiga puluh) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah
Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo dan disahkan
secara aklamasi atau suara terbanyak oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had.
d. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
14. Taman Kanak-Kanak al-Manar, dipimpin oleh seorang pengasuh, sebagai pimpinan
eksekutif dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah Taman Kanak-Kanak
al-Manaar dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya kepada
pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo.
Syarat-Syarat Pengasuh Taman Kanak-Kanak al-Manaar :
a. Seorang perempuan yang berumur minimal 22 (dua puluh dua) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah
Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo dan disahkan
secara aklamasi atau suara terbanyak oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had.
d. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
15. Majlis Pembimbing Santri, dipimpin oleh seorang Ketua, sebagai pimpinan eksekutif
dalam melakukan kegiatan-kegiatan di luar sekolah dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya kepada pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo.
Syarat-Syarat Ketua Majlis Pembimbing Santri :
a. Seorang laki-laki atau perempuan yang berumur minimal 30 (tiga puluh) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah
Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo dan disahkan
secara aklamasi atau suara terbanyak oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had.
d. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
16. Pengurus Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf Pondok Pesantren
Wali Songo adalah sebagai pengurus lembaga yang berkewajiban mengusahakan dan mengelola dana pembiayaan Pondok Pesantren Wali Songo dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya kepada pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo.
Syarat-Syarat Pengurus Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf
Pondok Pesantren Wali Songo :
a. Seorang laki-laki yang berumur minimal 30 (tiga puluh) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah
Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo dan disahkan
secara aklamasi atau suara terbanyak oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had.
d. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
17. Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Pondok Pesantren Wali Songo adalah sebagai
pengurus lembaga yang berkewajiban mengusahakan dan mengelola dana pembiayaan di Jami'atu Riyadlotil Mujahidin al-Islamiyah Pondok Pesantren Wali Songo dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya kepada pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo.
Syarat-Syarat Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi :
a. Seorang laki-laki yang berumur minimal 30 (tiga puluh) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah
Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo dan disahkan
secara aklamasi atau suara terbanyak oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had.
d. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
18. Pengurus Himpunan Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo*)
adalah pengurus yang bertanggung jawab dalam bidang pembinaan alumni dan para simpatisan Pondok Pesantren Wali Songo dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya kepada pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo.
*)Semenjak tahun 2001 bernama "Himpunan Alumni Dan Keluarga Pondok Pesantren Wali Songo", disingkat dengan HAKPWS.
Syarat-Syarat Pengurus Himpunan Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo :
a. Seorang laki-laki yang berumur minimal 30 (tiga puluh) tahun.
b. Alumni Pondok Pesantren Wali Songo atau Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo
yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah-sunnah
Pondok Pesantren Wali Songo.
c. Dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo dan disahkan
secara aklamasi atau suara terbanyak oleh Majlisu Riyasati-l-Ma'had.
d. Masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
19. Selama wakif masih hidup dan mampu melasksanakan tugas-tugas eksekutif,
ia dapat menduduki jabatan dalam lembaga Majlisu Riyasati-l-Ma'had yang dianggap perlu.
Semoga Allah selalu memberi petunjuk dan inayah-Nya. Amien ya rabbal 'alamien.

Sabtu, 05 Juli 2008

05. Saya Manusia

Belajarlah walau harus sampai Cina (Al Hadits). Belajarlah dari dalam kandungan samapi liang lahat (Mahfudzot). Seseorang yang tidak belajar maka takbirlah 4 kali untuknya karena ia telah mati (Imam Syafi'i).
 
Begitu banyak seruan dan anjuran untuk belajar bukan bekerja, perkara itu hadits dho'if ataupun mutawatir itu nomor 2. Kata ilmu diulang lebih dari 313 kali dalam Al Quran yang itu berarti kurang lebih dari jumlah rosul yaitu 313 rasul (Yang disebut dalam Al quran hanya 25 Rasul sedang sisanya tidak disebut)
 
Bagaimana dengan umat Islam? Secara umum, umat muslim jauh tertinggal dalam kelimuan, kita terlalu takut untuk berinteraksi di dunia luar, kita terlalu takut salah, kita terlalu takut dosa, dan berbagai rasa takut lainnya sehingga kita ribut masalah benar dan salah, ribut masalah dosa dan pahala, ribut masalah halal dan haram!
 
Satu prinsip dalam belajar. Jangan pernah takut salah. Bagaimana kita akan tahu jika mencoba saja tidak pernah karena takut salah padahal dengan salah kita bisa tahu mana yang baik untuk kita. Saya katakan baik bukan benar, kenapa? Kalau bicara benar salah entar ribut lagi.
 
Yang kedua, Jangan pernah menyalahkan orang lain kecuali anda sudah cukup pintar sehingga tidak perlu belajar lagi. Apa yang anda lihat seringkali hanya luarnya sedangkan dalamnya malah sebaliknya. Jika sudah menyalahkan orang lain sebaiknya anda tidak usah belajar lagi. Hanya orang salah yang menyalahkan orang lain.
 
Yang ketiga prinsip yang harus dipegang adalah sadarlah bahwa anda adalah segoblok-gobloknya manusia sehingga harus banyak belajar. Orang goblok ya seperti itu, tidak pernah menyalahkan orang lain sebab ia masih goblok. Orang goblok tidak takut salah sebab ia masih goblok.
 
Prinsip yang lain seperti semangat belajar, berdoa, berusaha dll itu sudah wajib dan makanan pokok jadi tidak usah disebutkan, yang sering lupa biasanya ketiga prinsip di atas.
 
Belum belajar apa-apa, sudah belajar menyalahkan orang lain, belajar mencari kekurangan, aib dan jeleknya orang lain, belajar menghina orang lain. Banyak sekarang terjadi di masyarakat. Hanya karena mempertahankan bahwa dirinya benar harus ribut sana sini, sampai-sampai masyarakat awam yang tidak tahu akan permaasalahannya malah kena imbasnya.
 
Saya ikut ngaji bukan untuk mencari benar dan salah! Saya belajar bukan untuk mencari aib dan kekurangan orang lain! Saya belajar biar saya jadi baik, itu saja. Masalah benar dan salah itu milik anda. Kalau toh benar siahkan ambil itu milik anda biar saya yang salah.
Pulang pengajian bukannya mempererat silaturahmi dengan para tetangga malah mengajak debat dan adu argumen! Bilang tetangga kalo hal itu bid'ah. Begitu syirik, itu dosa, itu salah dan lain-lain. Kalau tetangga membantah ngeluarin dalil quran dan hadits, Quran Hadits ko dibuat debat, dibuat untuk menyalahkan orang lain, ko dibuat untuk menghina dan mencaci orang lain, dosa seperti apa!
 
Saya ngaji bukan untuk mengkafirkan orang lain. Saya ngaji bukan untuk mengganggap saya baik dan dia jelek! Saya belajar biar saya baik orang lain juga baik! Kalau toh dia salah itu juga bukan salahnya sebab ia belum tahu apalagi saya, sebab salah dan benar bukan milik kita. Wong sama-sama pemainnya ko' ribut benar salah, benar salah itu urusan dewan juri bukan pemain.
 
Saya ngaji bukan untuk menyakiti hati orang lain. Saya ngaji bukan untuk membenci orang lain. Saya ngaji biar saya senang orang lain juga senang.
 
Saya ngaji biar saya jadi manusia.
 
Saya ngaji karna saya manusia.
 
Saya ngaji akan manusia.
 
Saya Manusia.
 
Belajarlah sampai tiada huruf, bunyi, suara.
 
Ora Ono Crito Munggah Pangkat Tanpo Tirakat, Urip Mulyo Tanpo Rekoso.

04. Ilmu Harta Islam yang hilang

Ilmu adalah Harta Islam yang hilang, dimanapun ada ilmu, ambillah. Kalau ada babi berkalung mutiara, ambil mutiaranya persetan denga babinya!
 
"Hanya orang sholeh sajalah yang mewarisi Bumi". Hanya orang berilmu ia akan mampu menjadi khlifah  di Bumi. Mengapa kita tidak bercermin kepada bangsa Eropa, bangsa yang sedemikian maju dalam berbagai hal, toh kalau mereka itu kafir, amoral dan tidak punya agama akan tetapi mereka mempunyai harta Islam, mereka mempunyai mutiara. Mereka memang kafir akan tetapi merekalah yang justru  membumikan sebagain dari Quran dan Hadits. Mereka begitu rakus dan tamak akan ilmu.
 
Apa jadinya amal kita tanpa ilmu, apa jadinya ibadah kita tanpa ilmu, dan hasil apa yang kita peroleh bila bekerja tanpa ilmu. Sebuah ukiran kayu dinilai bukan dinilai dari kayunya akan tetapi ilmu ukir yang  dipakai.
 
Seorang dokter yang mengangkat biji pasir dalam mata orang yang sakit dihargai jutaan rupiah, sedangkan kuli pasir yang mengangkat jutaan pasir hanya dihargai beberapa rupiah saja. Mereka sama-sama mengangkat pasirnya akan tetapi ilmu mereka jauh berbeda. Seorang ulama yang melakukan kejahatan mungkin dimata Allah lebih bernilai dan lebih utama daripada ibadah kita. Riwayat menceritakan Nabi Khidir melakukan beberapa perkara aneh, salah satunya membunuh anak kecil, dan
secara syariat ini jelas suatu kejahatan akan tetapi didasari oleh ilmu ternyata itu bukanlah sebuah kejahatan.
 
Begitu banyak ayat dan hadits menjelaskan akan pentingnya ilmu, bukan saja ilmu agama secara khusus tetapi ilmu secara universal dan umum. Right man in the right place at the right time, ini adalah jabaran luas dari hadits nabi SAW yang artinya "Serahkan segala sesuatau pada ahlinya", kenapa kepada ahlinya? Sudah jelas jika bukan pada ahlinya maka akan malah rusak! Apa ada yang lebih penting dari Sholat? Pasti ada! Ilmu sholat itu lebih penting dari pada sholat itu sendiri, bagaimana kita bisa sholat jika ilmu sholat saja tidak punya? Kita menginginkan Ibadah  kita dinilai Allah dengan harga yang tinggi padahal ilmu ibadah kita sama dengan ilmunya kuli pasir.
 
Jangan heran kalau seorang ulama berdoa sekali lebih makbul dari pada doa kita seribu kali, mereka lebih tahu ilmu berdoa dan itu yang membuat doa bernilai tinggi. Semoga kita bisa meraih ilmu dokter dalam setiap amal dan perbuatan kita, ringan, nyaman dan bernilai tinggi. Last but not least, ilmu itu teramat luas, positif thinking adalah cara terbaik menjaga hati, beda pendapat boleh menyalahkan tidak boleh sebab saya yakin anda juga tidak mau disalahkan (Heran ya padahal manusia itu tempat salah dan lupa, tapi ko' ga mau disalahkan ya?
 
Sesunggihnya manusia itu dholim dan teramuuuuuaaaaat buooodoh doh doh.... saking bodohnya dia tidak tahu kala itu dholim dan bodoh)
 
Ora Ono Crito Munggah Pangkat Tanpo Tirakat, Urip Mulyo Tanpo Rekoso.

03. Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu

"Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu!". Kalimat tersebut adalah kalimat jenis pertanyaan, tapi pertanyaan yang tidak membutuhkan sebuah jawaban, dalam artian jawaban dari pertanyaan itu sudah jelas dan pasti yaitu "berbeda". Sama halnya pertanyaan "Bukankah matahari terbit dari timur!" Jawabannya pasti "Ya, Matahari terbit dari timur".
 
Bahasa arab merupakan bahasa yang menarik dengan ribuan kosakatanya. Contoh kecil, dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, kata untuk menunjukkan rasa senang terhadap sesuatu hanya ada beberapa kata, cinta, suka, kasih, sayang, namun daalam bahasa arab terdapat puluhan kata untuk menyatakan rasa senang, mulai dari rasa senang yang biasa sampai yang biasa. Bahasa arab memang dipilih sebagai bahasa Al Quran, dimana ilmu tata bahasa arab diadopsi dari Al Quran seperti Nahwu, Sorof, Mantiq atau juga Balaghoh.
 
Al Quran yang merupakan mu'jizat terbesar dalam sejarah kenabian, memang layak dan pantas menyandang gelar itu. Sebuah mu'jizat yang bersifat keilmuan dan bukan sebuah peristiwa layaknya mu'jizat-mu'jizat sebelumnya. Terbelahnya lautan oleh tongkat Musa, Banjir bandang di zaman nabi Nuh, Kemampuan nabi Isa menghidupkan kembali orang mati ataupun kekebalan nabi Ibrahim terhadap panasnya api Namrud.
 
Oleh karena itu tidak dapat dibantah lagi bahwa Al Quran dapat dipakai sebagai pedoman sepanjang masa lantaran keilmuan yang terdapat dalam Al Quran. Bukan hanya ilmu agama, namun seluruh ilmu yang ada di dunia bersumber dari Al Quran, mulai dari ilmu yang bisa diterima oleh akal sampai kepada ilmu yang akal belum mampu menjangkaunya. Isra' Mi'raj yang merupakan perjalanan spiritual nabi Muhammad, yang diabadikan dalam surat Al Isra salah satu contohnya.
 
Dulu sangat tidak bisa akal menerima peristiwa tersebut, bagaimana mungkin seseorang dalam satu malam mampu berjalan dari Masjidil Haram Makah sampai ke Masjidil Aqsa Palestina terus naik ke Sidratul Muntaha (Batas Akhir) lalu kembali lagi ke Makah. Namun hal itu kini sangat mungkin terjadi dan sudah terjadi walau belum sama persis dengan peristiwa Isra' Mi'raj.
 
Apapun agama orang itu, kalau menolak kapasitas dan kandungan Al Quran mungkin akalnya perlu diperbaiki.
 
"Siapa menginginkan dunia, maka gapailah dengan ilmu. Siapa menginginkan Akherat, gapailah dengan ilmu dan siapa menginginkan keduanya (Dunia dan Akherat) maka raihlah dengan ilmu"
 
Diantara kita mungkin ada yang sudah hafal dari hadits di atas (perkara dho'if atau shohih, terus terang penulis tidak mempersoalkan, yang penting kalau mengajak kebaikan ya diambil). Namun betapa susah untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
 
"Menuntut ilmu itu wajib 'ain hukumnya bagi setiap muslim dan muslimat". Ini juga hafal diluar kepala, namun kenyataanya, apa kita sudah menuntut ilmu dan tetep menuntut ilmu? Belum! Kita lebih banyak menghabiskan waktu dan senang untuk bekerja dan tidur. Kita menyuruh anak-anak kita untuk belajar sedangkan kita sendiri males belajar.
 
"Jika hendak melakukan sesuatu awalilah dengan bacaan basmallah" Apalagi ini, semua orang juga tau, namun hampir 99% dari kita lupa dan enggan mengamalkannya.
 
Tiada kata tua dalam belajar. Ilmu itu Cahaya, dan Cahaya Allah tidak ditunjukkan kepada para pelaku maksiat.
Ora Ono Crito Munggah Pangkat Tanpo Tirakat, Urip Mulyo Tanpo Rekoso.

Jumat, 04 Juli 2008

02. Pondok atau Sekolah Umum?

Guru saya pernah berkata, "Jadilah Kyai jangan jadi Kiyae". Sepintas dua kata itu hampir sama, namun memiliki perbedaan yang jauh. Kyai yang oleh masyarakat diartikan oleh orang berilmu yang mereka angkat menjadi pemimpin umat. Sedangkan Kiyae yang merupakan bahasa jawa ( Iki ae) yang artinya "ini saja", kenapa ko' ini saja, karena tidak ada yang lain, jadi ini saja yang diangkat, walaupun kapasitas ilmunya masih dipertanyakan.

Jika santri pondok salaf akan segan dan entah karena malu atau takut, ketika bertemu dengan para guru ngaji atau pimpinan pondok akan berusaha menghindar untuk berpapasan, namun hal ini tidak akan terjadi di pondok modern. Santri pondok modern akan berlenggang dengan santai dan menunjukkan rasa ta'dzim ala kadarnya tanpa harus lari menghindar atau menunduk ketika bertemu ustadz atau pimpinan pondok. Masing-masing punya dasar sendiri-sendiri dan hal ini sudah menjadi kebiasaan di masing-masing pondok.

Sama-sama ingin menghormati namun dengan cara yang berbeda. Dua-duanya sama baiknya. Memang santri pondok modern biasanya masih remaja, kelas teratas biasanya berumur sama dengan remaja kelas 3 SMA sedangkan santri salaf lebih tua lagi, penulis sering bertemu dengan santri salaf yang berumur lebih dari 25 tahun, jadi untuk masalah kesopanan dan tata krama santri salaf lebih tahu dan lebih bisa menempatkan diri dikarenakan lebih bisa mengendalikan ego. Santri Pondok modern tidaklah demikian, mereka cenderung tinggal di pondok di masa aktif remaja mereka, dimana ego, keinginan dan rasa untuk memberontak timbul dalam diri mereka. Namun pondok modern juga mempunyai kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki pondok salaf.

Masuk pondok modern atau pondok salaf? Semuanya tergantung masing-masing pribadi, seseorang biasanya belum mempunyai pandangan sampai ia lulus SMA, di bawah itu anak masih bingung dan belum bisa untuk berpikir jangka panjang. Mereka masuk SMA/MA biasanya karena pengaruh teman atau orang tua mereka, dan apa yang mereka pikir tidak sesuai dengan realitanya. Saat ditanya kenapa masuk pondok? Alasan yang paling banyak adalah karena disuruh orang tua, alasan kedua karena keinginan yang timbul dari diri sendiri seperti rasa senang, pengen jadi ulama dll.

Orang tua mempunyai harapan yang besar ketika memasukkan anak ke pondok. Begitu banyak harapan, namun besar harapan itu juga sebanding dengan rasa kecewa ketika harapan itu pupus. Sang anak yang diharapkan bisa berhasil lulus dengan predikat minimal baik, ternyata tidak lulus ujian pondok setelah belajar selama 6 tahun, dan lebih kecewa lagi jika tidak lulus Ujian Nasional.

Banyak faktor yang menyebabkan anak tidak lulus. saya mempunyai seorang teman yang dipondok lebih dari 6 tahun karena bebarapa tahun tidak naik kelas, namun yang lebih heran lagi, selama lebih dari 6 tahun belajar, dia belum begitu lancar membaca Al Quran, apa masalahnya? Terus terang hal ini relatif banyak hal yang menjadi penyebabnya, namun satu hal yang pasti setiap orang berbeda dan tidak bisa diterapkan masalah dan hukum yang sama, itu sebabnya hukum Islam itu tidak mengikat secara mutlak akan tetapi lebih melihat kepada sebab dan alasan kenapa hal itu terjadi.

Jika ditanya pilih masuk sekolah umum atau pondok? Maka tanpa berpikir lagi saya akan memilih pondok. Pondok modern atau salaf itu silahkan dipilah dan dipilih. Seburuk-buruknya anak lulusan pondok itu tetap lebih baik dari pada lulusan sekolah umum.

Saat ini para orang tua takut menyekolahkan orang tua karena masih ragu, nanti setelah lulus mau nerusin kuliah dimana? Mau kerja dimana? Keterampilan apa yang mereka punya?. Kenapa mereka masih ragu? Jawabnya simpel, mayoritas mereka ragu menyekolahkan lantaran mereka belum pernah mondok, atau pernah mondok tapi tidak selesai. Banyak bukti alumni pondok mereka tetap bisa kuliah, mereka tetap bisa bekerja dengan keahlian masing-masing bahkan mereka lebih dihormati karena mempunyai ilmu lebih.

Tidak ada jaminan sang anak berhasil ato tidak, peran orang tua nomor satu dalam hal ini, sedang pondok hanya perantara. Beberapa pondok memang masih dipertanyakan kualitasnya, namun ini bukan berarti semua pondok sama. Penulis belum pernah mendengar atau bertemu seorang alumni pondok yang kesulitan dalam masalah pekerjaan. Apa yang terjadi bisa mereka hadapi dengan sabar dan tawakal. Malahan mereka mempunyai semangat yang tinggi untuk membimbing umat, walaupun dalam ruang lingkup yang kecil, misalnya lingkup keluarga sendiri.

Jangan pernah ragu untuk menyekolahkan anak di pondok. Kalau anda takut setelah lulus anak kerja dimana yakinlah bahwa suatu saat nanti bahkan sekarang agama adalah suatu aset yang mahal dan sulit untuk dicari.

Orang yang bijak tidak akan pernah menyalahkan orang lain ketika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan harapan, ia akan sibuk memikirkan kesalahannya sendiri. Ini adalah prinsip yang harus dipegang oleh setiap orang. Kita gagal atau kita melakukan kesalahan itu bukan karena orang lain sebab setiap orang mempunyai pilihan masing-masing. Ketika anda telah memilih maka resiko ditanggung oleh penumpang!

Kamis, 03 Juli 2008

01. What is going on Ngabar?

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca sebuah artikel tulisan seorang alumni pondok, lantas terpikir oleh saya, Kenapa harus mempersoalkan sistem kurikulum pondok? Sepertinya akal kita musti dibuang biar kita tidak diperdaya oleh akal! Kita terlalu mengedepankan logika akal sehingga lupa akan kemampuan hati kita. Memangnya merubah itu semua adalah hal mudah? Pendiri pondok begitu susah payah dengan perjuangan dan tentunya beliau tidak lagi menggunakan kecerdasan akal yang sangat terbatas dalam mendirikan pondok kita. Terus terang saya juga sempat depressi berat karena gagal masuk PTN, padahal dulu ketika SMP pelajaran umum hampir semua saya kuasai. Tapi dengan alasan itu sangat dan sangat tidaklah tepat kita menyalahkan pondok dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Kesalahan terletak pada diri masing-masing santri, jangan mengkambing hitamkan orang lain dong!!!! Salah sendiri kenapa tidak belajar, kenapa tidak sungguh-sungguh belajar? Jangan menjawab "Lha kan banyak kegiatan pondok dan juga pelajaran pondok yang bikin suntuk" Itu alasan klasik dan sangat wajar kalau tidak bisa diterima. Kenapa terlambat masuk kantor? Jakarta macet pak! Memangnya Jakarta tidak pernah macet! Intropeksi diri kita, kenapa kita masuk pondok, kenapa ko' tidak masuk sekolah umum dengan prioritas utama pelajaran umum.

Para ustadz setiap hari menghabiskan waktu mereka dan berusaha semampu mereka untuk ikut andil menjaga kualitas dan mutu pendidikan para santri, namun mereka manusia juga yang tidak lepas dari salah, lupa dan BOSAN!. Kita yang tidak dipondok dan tidak ikut terjun langsung dalam membimbing santri mungkin bisa berkata dengan mudahnya "Pondok kita musti begini, Ustadznya harus begitu dan seterusnya" Tapi apa kita tahu kesulitan mereka? apa kita pernah merasakan menjadi ustadz? Mentang-mentang Mantan Pengurus Daerah aja sudah banyak bicara tentang pondok! Apa sih yang kita tahu akan pondok? Paling banter menjadi santri 8 tahun itu kalau tidak naik kelas 2 tahun. Salut saya ucapkan kepada Ustadz Anharuddin yang sudah begitu lama terjun langsung dan membimbing santri, yang setiap hari membangunkan santri dikala shubuh, yang selalu tinggal dan hidup bersama para santri namun beliau tidak pernah mempersoalkan masalah kurikulum pondok. (Walaaupun dulu sempat gondok juga sih)

Pertanyaan selanjutnya, Apa prioritas utama pondok? Pelajaran agama atau pelajaran umum? Hati atau akal? Orang bijak akan menggunakan hati untuk memilih lantas mempertimbangkan dengan akal. Apa kita tidak malu dengan beliau-beliau yang telah mendirikan pondok? Bersyukur pondok kita masih berdiri walau harus tertatih-tatih. Kita memang harus banyak belajar dan tentunya partisipasi para alumni sangat dibutuhkan delam pengembangan kualitas pondok.

Sekali lagi saya tekankan, tidak ada masalah dalam kurikulum pondok. Yang bermasalah adalah para santri, ustadz, para pengasuhnya dan para alumninya tentunya. Lihat, Dengar dan Bicaralah!

Ngabar, The Lovest place I have!